PENGERTIAN JUAL BELI

Bookmark and Share

JUAL BELI




Written by Dadi Ahmad Rifai   
Monday, 08 June 2009 09:15
Dalam literatur syari’ah Islam jual beli atau istilah modernnya bisnis termasuk dalam kategori mu’amalat yang dibahas dalam bab Al-Buyu’, dalam Al Qur'an atau Al Hadits istilah yang digunakan untuk muamalah ini adalah al bai', as syiro' dan at tijaroh.
Bagi seorang muslim yang menyibukan diri dengan urusan ini, hendaknya mempelajari hukum-hukum yang bersangkutan dengannya secara rinci dan seksama agar ia mampu berinteraksi dalam koridor syariat dan terhindar dari tindakan-tindakan aniaya dan merugikan sesama manusia, karenanya Umar bin Khottob t berkata:
لا يبع في سوقنا إلا من تفقه في الدين
"Janganlah melakukan jual beli di pasar kami melainkan orang yang memiliki pengetahuan agama" (HR.Tirmidzi) 
Dalam kitab Taesir Al Allam syarah umdatul ahkam karya Abdullah Al Bassam rahimahullah disebutkan, secara etimologi (bahasa) jual beli adalah:
أخذ شيء وإعطاء شيء   
"Mengambil dan memberi sesuatu".
Adapun secara terminologinya:
مبادلة مال بمال لقصد التملك بما يدل عليه من صيغ القول والفعل
"Pertukaran harta benda dengan tujuan saling memiliki yang dibarengi dengan sesuatu yang menunjukkan hal tersebut dengan perkataan dan perbuatan".

B.Hukum jual beli
Hukum jual beli adalah mubah berdasarkan argumen dari al Qur'an, hadist, ijma (consensus ulama) dan qiyas (analogi akal). Allah I berfirman:
وأحل الله البيع وحرم الرباء
"Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba". (Qs.Al Baqoroh:275)
Imam Ibnu katsyir rahimahullah dalam tafsir ayat diatas mengatakan:"Apa-apa yang bermanfaat bagi hamba-Nya maka Ia memperbolehkannya dan apa-apa yang memadzaratkannya Ia melarangnya bagi mereka ".
Rasulullah e bersabda ketika ditanya mata percaharian apa yang paling utama? beliau menjawab:
عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور
"Hasil jerih payahnya seseorang dan setiap jual beli yang mabrur". (HR. Al Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakiem)
Hadits diatas menyebutkan "jual beli yang mabrur" ini menunjukkan bahwa transaksi bisnis mubah dilakukan selama tidak ada yang dirugikan dan tidak dilarang syara'.
Dalam ijma (consensus ulama) yang dikutif oleh Sayyid Sabiq rahimahullah dikatakan: "Ummat telah sepakat akan kebolehan melakukan transaksi jual beli semenjak zaman Rasulullah e hingga masa kini", dengan demikian syara' menetapkan mubahnya melakukan sebuah transaksi hingga ada argumen yang melarangnya, bahkan Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah dalam kitab I’lamul Muwaqi’in mengatakan: “Pada dasarnya semua ibadah hukumnya haram kecuali kalau ada dalil yang memerintahkannya, sedangkan asal dari hukum transaksi dan mu’amalah adalah halal kecuali kalau ada dalil yang melarangnya”.
Transaksi jual beli juga sesuai dengan analogi akal atau qiyas karena kebutuhan menghendaki adanya transaksi tersebut dan manusia tidak bisa mendapatkan apa-apa yang berada di tangan orang lain melainkan dengan cara tersebut.

C.Syarat-syarat jual beli yang syah
Secara umum syarat-syarat jual beli yang syah terbagi kepada dua bagian:
1.Persyaratan yang berkaitan dengan pelaku praktek jual beli, baik penjual maupun pembeli.
2.Persyaratan yang berkaitan dengan objek atau barang yang diperjualbelikan. Kedua syarat diatas sesuai dengan sabda Rasululloh e:
المسلمون على شروطهم
”Orang-orang muslim itu berada di atas syarat-syarat mereka.” (HR. Abu Dawud No. 2062)
Berikut ini kami sarikan syarat-syarat diatas dari kitab Manarus sabil syarah ad dalil karya Ibrohim Ad Dhoyan rahimahullah:
1. Persyaratan yang berkaitan dengan pelaku praktek jual beli, baik penjual maupun pembeli, diantaranya:
a. Transaksi jual beli yang dilakukan kedua belah pihak didasari dengan asas ridha dan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Allah I berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُواأَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍمِنْكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang timbul dari kerelaan di antara kalian” (QS. An-Nisaa’: 29)
Rasulullah e bersabda:
إنما البيع عن تراض
"Sesungguhnya jual beli itu dilakukan dengan suka rela" (HR. Ibnu Hibban)
b.Kedua belah pihak berkompeten dalam melakukan praktek jual beli  (rasyid), Allah I berfirman: 
وابتلوا اليتامى
"Dan ujilah anak yatim itu"
Para ulama ahli tafsir mengatakan:"Ujilah mereka supaya kalian mengetahui kepintarannya", dengan demikian anak-anak yang belum memiliki kecakapan dalam melakukan transaksi tidak diperbolehkan melakukannya hingga ia baligh.  

2. Persyaratan yang berkaitan dengan objek atau barang yang diperjualbelikan, diantaranya:
a.Barang yang akan diperjualbelikan merupakan hak milik atau memiliki izin untuk memperjual belikannya, Nabi e bersabda:
لا تبع ما ليس عندك
"Janganlah engkau menjual sesuatu yang bukan milikmu".(HR. Imam yang lima)
Dengan demikian barang milik orang lain tidak syah untuk diperjualbelikan melainkan atas izinnya atau ia mewakilkan kepadanya.
b.Barang yang diperjual belikan halal dan mubah bukan benda yang diharamkan oleh syara, Nabi e bersabda:
إن الله إذا حرم على قوم أكل شيء حرم عليهم ثمنه
“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan atas suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka Dia pasti mengharamkan harganya”. (HR. Abu Dawud dan Baihaqi dengan sanad shahih)
Contoh barang-barang yang haram diperjualbelikan; minuman keras, bangkai, babi, anjing dan patung. Nabi e bersabda:
إن الله حرم بيع الخمر والميتة والخنزير والأصنام
"Sesungguhnya Allah mengharamkan jual beli khamer, bangkai, babi dan patung". (HR. Al Jama'ah)
Dalam hadist yang lain riwayat Ibnu Mas'ud beliau berkata:
نهى النبي صلى الله عليه وسلم عن ثمن الكلب ومهر البغي وحلوان الكاهن
"Sesungguhnya Nabi Saw melarang (makan) harga anjing, bayaran pelacur dan hasil perdukunan". (HR.Al Jama'ah) 
c.Barang yang dijual bisa diserahkan, dengan demikian tidak syah menjual burung di udara atau ikan di kolam yang belum di tangkap, hal ini sebagaimana sabda Nabi e yang diriwayatkan Abi Said t beliau berkata:
أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن شراء العبد وهو آبق
"Sesungguhnya Nabi Saw melarang membeli hamba sahaya yang kabur".(HR.Ahmad)

D.Unsur-unsur jual beli yang diharamkan syara'.
Dalam kitab Taesir Al Allam syarah umdatul ahkam disebutkan: Suatu muamalah atau transaksi jual beli diharamkan bila terdapat unsur-unsur di bawah ini:
1.Riba atau transaksi yang berbasis bunga, Allah I berfirman:
وأحل الله البيع وحرم الرباء
"Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba". (QS.Al Baqoroh:275)
Dalam sebuah atsyar riwayat Ibnu Mas'ud disebutkan:
الربا ثلاثة وسبعون بابا ، أيسرها مثل أن ينكح الرجل أمه
“Riba itu memiliki tujuh puluh tiga pintu yang paling ringan adalah semacam dosa seseorang yang berzina dengan ibunya sendiri” (HR. Al Baehaqi)
2.Ghoror atau adanya sesuatu yang tidak jelas baik dalam akad atau barang yang diperjual belikan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah ia berkata:
أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن بيع الغرر
“Sesungguhnya Nabi e melarang jual beli gharar ”. (HR. Abu Daud no.3376)
3.Al Khida' atau adanya unsur penipuan, hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah ia berkata:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، مر برجل يبيع طعاما ، فسأله : كيف تبيع ؟ فأخبره ، فأوحى إليه : أن أدخل يدك فيه ، فأدخل يده فيه ، فإذا هو مبلول ؛ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ليس منا من غش
"Sesungguhnya Rasulullah e melewati seseorang yang sedang menjual makanan, lalu beliau bertanya kepadanya: Bagaimana engkau melakukan jual beli? Kemudian dia mengabarkan kepadanya, lalu diwahyukan kepada beliau agar memasukkan tanganmu kedalamnya, kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalam makanan tersebut, beliau mendapatkan makanan itu basah, lalu bersabda: Bukan termasuk golongan kami orang yang menipu" (HR.Abu Daud, no.3435).
Wallahu A'lam.
Referensi:
1.Fiqhus sunnah karya Sayyid sabiq
2.Taesir Al Allam syarah umdatul ahkam karya Abdullah Al Bassam
3.Manarussabil syarh ad dalil Ibrohim Ad dhoyan
4.Tafsir Ibnu Katyir

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }